Senin, 19 Mei 2014

ASUHAN KEPERAWATAN LIMFOMA NON-HODGKIN



ASUHAN KEPERAWATAN
LIMPOMA NON-HODGKIN

                                                                                                                                               






DI SUSUN OLEH :
NAMAKELOMPOK
                                    REVIA GERDA NITRI SABOE                (012.01.2701)                         
                                    REZA SILVIA                                              (012.01.2702)
                                    REZAVIRGUSTIAN                                   (012.01.2703)
                                    SATRIA IMANUDIN                                  ( 012.01.2704 )
                                    SEILA SYAFITRI                                       ( 012.01.2705 )
                                    SITI MARIATI                                             ( 012.01.2706 )

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)
MATARAM
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Y.M.E. Atas berkat dan rahmatnya makalah tentang limfoma non hodgkin ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pembaca yang budiman dan harapan kami atas selesainya makalah ini tak lain adalah agar para pembaca mendapatkan pengetahuan yang baru dan informasi yang lebih luas khususnya tentang limfoma non hodgkin.
kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang kami miliki dalam menyusun makalah ini, masih banyak kekurangan, kelemahan, dan ketidak sempurnaannya, baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam makalah ini.















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang …………………………………………………………………..
B.     Tujuan Penulisan ………………………………………………………………..
C.     Manfat Penulisan………………………………………………………………..
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Anatomai dan Fisiologi Limpoma non Hodgkin…………………………………
B.     Difinisi Limpoma non Hodgkin  …………………………………………………
C.     Etiologi Limpoma non Hodgkin ……………………………………….
D.    Klasifikasi Limpoma non Hodgkin ……………………………………………
E.     Patofisiologi Limpoma non Hodgkin…………………………………………
F.      Manifestasi Klinis Limpoma non Hodgkin………………………………………
G.    Tahapan Penyakit Limpoma non Hodgkin……………………………………….
H.    Pemeriksaan  Diagnostic Limpoma non Hodgkin………………………………
I.       Penatalaksanaan Limpoma non Hodgkin………………………………………

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIE GAGAL NAFAS
A.    Pengkajian…………………………………………………………………….
B.     Diagnosa Keperawatan……………………………………………………….
C.     Intervensi Keperawatan………………………………………………………
D.    Implementasi Keperawatan…………………………………………………..
E.     Evaluasi……………………………………………………………………….
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan …………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA   …………………………………………………………………..….
BAB I
PENDAHULUAN
         A.     LATAR BELAKANG 
Seiring perkembangan era yang semakin maju dimana perkembangan tersebut mencakup seluruh aspek manusia, secara otomatis terjadi pergeseran pola kependudukan terutama pola penyakit di masyarakat. Semula penyakit terbanyak yang ditemukan adalah penyakit infeksi baik infeksi saluran nafas maupun gastro intestinal kepada penyakit – penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker dan lain sebagainya
Penyakit limpoma non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong dalam kasus intern/kasus penyakit dalam pada penyakit ini terjadi proliferasi abnormal sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya terutama menyerang kelenjar getah bening. LNH belum diketahui secara pasti penyebabnya oleh karena itu penelitian terus dilakukan untukmengembangkan kasus ini.
Berbagai permasalahan dapat timbul karena kasus ini yang mana permsalahan tersebut dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual, secara fisik dapat menimbulkan tergangguanya pola nafas karena ada penekanan atau kesulitan dalam menelan makana sehingga mengakibatkan kurangbnya asupan nutrisi. Secara psikis penyakit ini dapat menimbulkan gangguan konsep diri terutama mengenai body image, ataupun bahkan bisa mengakibatkan perilaku menarik diri, secara sosial bisa mengakibatkan kerusakan interaksi sosial karena perilaku menarik diri atau kurang percaya diri dan secara spiritual bisa menyalahkan Tuhan atas penyakit yang diberikan atau mungkin sebaliknya justru lebih tekun beribadah karena ingin cepat sembuh.Melihat hal dan permasaklahan diatas penulis mencoba mengangkat permasalahan tersebut dalam bentuk asuhan keperawatan dengan harapan paling tidak penulis bisa meringankan beban yang dialami penderita.         

B.  TUJUAN
1   Tujuan Umum
       Menjelaskan tentang Limfoma non-Hodgkin dan bagaimana asuhan keperawatannya
2   Tujuan Khusus
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi Limpa.
2. Menjelaskan pengertian Limfoma non-Hodgkin
3. Menjelaskan etiologi dari Limfoma non-Hodgkin
4. Menjelaskan klasifikasi dari Limfoma non-Hodgkin
5. Menjelaskan patofisiologi dan WOC dari Limfoma non-Hodgkin
6. Menjelaskan gejala klinis pada pasien yang mengalami Limfoma non-Hodgkin
7. Menjelaskan tahapan penyakit dari Limfoma non-Hodgkin
8. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada Limfoma non-Hodgkin
9. Menjelaskan penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien yg mengalami Limfoma no Hodgkin
10.  Menjelaskan asuhan keperawataan pada pasien yang mengalami Limfoma non-Hodgkin.
B.         MANFAAT
       Mengetahui dan menjelaskan apa itu limpoma non hodgkin, cara menanganinya dan bagaimana asuhan keperawatannya.
















 BAB ІІ
PEMBAHASAN

A.  ANATOMI DAN  FISIOLOGI.
Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang memainkan peran kunci dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Cairan limfatik adalah cairan putih mirip susu yang mengandung protein, lemak dan limfosit (sel darah putih) yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik.
Yang membentuk sistem limfatik dan cairan yang mengisis pembuluh ini disebut limfe. Komponen Sistem Limfatik antara lain :
a.       Pembuluh Limfe.
b.      Kelenjar Limfe (nodus limfe).
c.       Limpa.
d.      Tymus.
e.       Sumsum Tulang
1.      Anatomi fisiologi sistem limfatik.
a.       Pembuluh limfe.
Pembuluh limfe merupakan jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ dalam vili usus terdapat pembuluh limfe khusus yang disebut lakteal yang dijumpai dalam vili usus.
Fisiologi kelenjar limfe hampir sama dengan komposisi kimia plasma darah dan
mengandung sejumlah besar limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk
masuk ke dalam pembuluh darah. Pembuluh limfe yang mengaliri usus disebut lacteal
karena bila lemak diabsorpsi dari usus sebagian besar lemak melewati pembuluh limfe.
Sepanjang pergerakan limfe sebagian mengalami tarikan oleh tekanan negatif di dalam
dada, sebagian lagi didorong oleh kontraksi otot.
Fungsi pembuluh limfe mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah, mengankut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah, membawa lemak yang sudah dibuat emulasi dari usus ke sirkulasi darah.Susunan limfe yang melaksanakan ini ialah saluran lakteal, menyaring dan menghancurkan mikroorganisme, menghasilkan zat antibodi untuk melindungi terhadap kelanjutan infeksi.

b.      Kelenjar limfe (nodus limfe)
Kelenjar ini berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-kira 10 – 25 mm. Limfe disebut juga getah bening, merupakan cairan yang susunan isinya hampir sama dengan plasma darah dan cairan jaringan. Bedanya ialah dalam cairan limfe banyak mengandung sel darah limfosit, tidak terdapat karbon dioksida, dan mengandung sedikit oksigen.Cairan limfe yang berasal dari usus banyak mengandung zat lemak. Cairan limfe ini dibentuk atau berasal dari  cairan jaringan melalui difusi atau filtrasi ke dalam kapiler – kapler limfe dan seterusnya akan masuk ke dalam peredaran darah melalui vena.
Fungsinya yaitu menyaring cairan limfe dari benda asing, pembentukan limfosit
membentuk antibodi, pembuangan bakteri, membantu reasoprbsi lemak.
c.       Limpa.
Limpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri bawah iga ke-9,-10,-11.Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma.Jalinan struktur jaringan ikat di antara jalinan itu membentuk isi limpa/ pulpa yang terdiri dari jaringan limpa dan sejumlah besar sel – sel darah.
Fungsi limpa sebagai gudang darah seperti hati, limpa banyak mengandung kapiler–kapiler darah, dengan demikian banyak arah yang mengalir dalam limpa, sebagai pabrik sel darah, limfa dapat memproduksi leukosit dan eritrosit terutama limfosit, sebagai tempat pengahancur eritrosit, karena di dala limpa terdapat jaringan retikulum endotel maka limpa tersebut dapat mengancurkan eritrosit sehingga hemoglobin dapat dipisahkan dari zat besinya, mengasilkan zat antibodi.
Limpa menerima darah dari arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis pada vena porta.Darah dari limpa tidak langsung menuju jantung tetapi terlebih dahulu ke hati.Pembuluh darah masuk ke dan keluar melalui hilus yang berbeda di permukaan dalam.Pembuluh darah itu memperdarhi pulpa sehingga dan bercampur dengan unsur limpa.
d.      Thymus.
Kelejar timus terletak di dalam torax, kira – kira pada ketinggian bifurkasi trakea.Warnanya kemerah – merahan dan terdiri dari 2 lobus.Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira – kira 10 gram atau lebih sedikit; ukurannya bertambah pada masa remaja beratnya dari 30 – 40 gram dan kemudian mengkerut lagi.Fungsinya diperkirakan ada sangkutnya dengan produksi antibody dan sebagai tempat          berkembangnya sel darah putih.
e.       Bone marrow / sumsum tulang.
Sumsum tulang (Bahasa Inggris: bone marrow atau medulla ossea) adalah     jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian besarsel darah baru. Ada dua jenis sumsum tulang: sumsum merah(dikenal juga sebagai jaringan myeloid) dan sumsum kuning. Sel darah merahkeping darah, dan sebagian besar sel darah putihdihasilkan dari sumsum merah.Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan warnanya ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya.Kedua tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah.Sewaktu lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah.Seiring dengan pertumbuhan, semakin banyak yang berubah menjadi sumsum kuning. Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6 kg sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah ditemukan terutama pada tulang pipih seperti tulang pinggultulang dadatengkoraktulang rusuktulang punggung,tulang belikat, dan pada bagian lunak di ujung tulang     panjangfemur dan humerus.
Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang panjang.Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak, sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi sumsum merah untuk meningkatkan produksi sel darah.
2.      Lokasi-lokasi nodus limfe.
Daerah khusus, tempat terdapat banyak jaringan limfatik adalah palatin (langit mulut) dan tosil faringeal, kelenjar timus, agregat folikel limfatik di usus halus, apendiks dan limfa.
3.      Fisiologi sistem limfatik
 Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut :
a.       Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi dalam jaringan tubuh.
b.      Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein didalam cairan  jaringan ke dalam aliran darah.
c.       Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan berbahaya.
d.      Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi.
e.       Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang telah dicerna, terutama lemak.
4.      Mekanisme Sirkulasi Limfatik
Pembuluh limfatik bermuara kedalam vena-vena besar yang mendekati jantung dan disini terdapat tekanan negatif akibat gaya isap ketika jantung mengembang dan juga gaya isap torak pada gerakan inspirasi.
Tekanan timbul pada pembuluh limfatik, seperti halnya pada vena, akibat kontraksi otot
otot, dan tekanan luar ini akan mendorong cairan limfe ke depan karena adanya katup
yang mencegah aliran balik ke belakang. Juga terdapat tekanan ringan dari cairan
jaringan akibat ada rembesan konstan cairan segar dari kapiler-kapiler darah. Apabila
terdapat hambatan pada aliran cairan limfe yang melalui sistem limfatik, terjadilah
edema, yaitu pembengkakan jaringan akibat adanya kelebihan caiaran yang terkumpul
didalamnya. Edema juga bisa terjadi akibat obstruksi vena, karena vena juga berfungsi
mengalirkan sebagian cairan jaringan.

B.DEFINISI
Limfoma non-Hodgkin adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin. Manifestasinya sama dengan penyakit Hodgkin, namun penyakit ini biasanya sudah menyebar keseluruh system limfatik sebelum pertama kali terdiagnosis. Apabila penyakitnya masih terlokalisasi, radiasi merupakan penanganan pilihan.Jika terdapat keterlibatan umum, digunakan kombinasi kemoterapi.Pemberian dosis rendah pada penderita HIV-positif dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi berat yang potensial mematikan.Seperti pada penyakit Hodgkin, infeksi merupakan masalah utama.Keterlibatan system saraf pusat juga sering terjadi.
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh.Beberapa dari limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan).Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.
Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan kelenjar limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu limfadenopati lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar sepertiga dari kasus yang berasal dari tempat lain yang mengandung jaringan limfoid ( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk menyebar dari asalnya  sebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lain  yang akhirnya menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.
Limfoma Non Hodgkin adalah keganasan primer berupa gangguan proliferatif tidak terkendali dari  jaringan limfoid (limfosit B dan sistem sel limfosit T).
Limfoma atau Kanker Getah Bening adalah tipe kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening.Sel tersebut cepat menggandakan diri dan tumbuh secara tidak terkontrol.Limfoma Non Hodgkin sering disingkat jadi LNH.
Karena limfosit bersirkulasi ke seluruh tubuh, maka selain di kelenjar getah bening tempat yang paling sering terkena Limfoma adalah limpa dan sumsum tulang.Selain itu bisa terbentuk di perut, hati atau yang jarang sekali di otak.Seringkali lebih dari satu bagian tubuh terserang oleh penyakit ini.Limfoma pada otak atau urat saraf tulang belakang disebut limfoma susunan saraf pusat (SSP).
Penyakit Limfoma dapat menyerang disegala usia, namun lebih sering menyerang usia tua 65 tahun.

C.    ETIOLOGI
Belum ditemukan penyebap yang pasti, namun terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi tejadinya penyakit ini yaitu
1.      Umur : sebagian besar Limfoma Non-Hodkin ditemukan pada orang dengan usia 60 tahun atau lebih. Namun pada beberapa tipe ditemukan juga meyerang orang yang berusia muda.
2.      Gender: sebagian besar risiko terjadinya Limfoma Non-Hodkin umumnya terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Namun pada beberapa tipe lebih banyak terjadi pada wanita dan tidak diketahui penyebapnya.
3.      Ras : di AS orang Amerika kulit putih lebih rentan terkena Limfoma Non-Hodkin dari pada orang amerika kulit hitam, maupun orang Amerika keturunan Asia.
  1. Paparan Zat Kimia : beberapa penelitian mengatakan bahwa bahan kimia seperti benzena dan insektisida berhubungan dalam meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin. Beberapa juga mengatakan obat-obatan yang digunakan untuk terapi kanker juga dapat meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin beberapa tahun kemudian.
  2. Paparan Radiasi : Orang yang dapat bertahan hidup pada daerah yang pernah mengalami ledakan bom nuklir memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker, salah satunya Limfoma Non-Hodkin. Orang yang menjalani pengobatan menggunakan radiasi, juga dapat meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin di kemudian hari.
  3. Sistem imun yang lemah : Seseorang dengan sistem imun yang lemah dapat meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin. Selain itu seseorang yang terinfeksi virus HIV juga berisiko terkena Limfoma Non-Hodkin.
  4. Penyakit Autoimun : penyakit auto imun adalah suatu penyakit dimana sistem imun menyerang jaringan/sel tubuh maupun sel asing yang masuk. Contoh penyakit Autoimun adalah Rheumatoid Arthritis dan Systemic Lupus Erythematosus dapat meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin.
  5. Infeksi virus : infeksi virus yang menyerang DNA maupun Limfosit dapat mengubah DNA dan Limfosit menjadi sel-sel kanker. Virus tersebut diantaranya Epstein-Barr Virus (EBV) dan HTLV-1 virus.
D.    PATOFISIOLOGI
Usia, gender, ras, paparan zat kimia dan radiasi, infeksi virus, penyakit autoimun dan sistem imun yang lemah dapat menyebapkan terjadinya pembesaran kelenjar getah bening. Poliferasi jaringan limfoid yang tidak terkendali karena faktor-faktor risiko diatas menyebapkan terjadinya perubahan rangsangan imunologik yang nantinya akan menimbulkan masalah yaitu adanya ancaman status kesehatan, proses penyakit yang akan mengakibatkan destruksi gangguan saraf serta menimbulkan gangguan metabolisme tubuh.
Masalah ancaman perubahan status kesehatan akan mengakibatkan fungsi peran pasien berkurang sehingga pola interaksi juga menurun. Penurunan pola interaksi menyebapkan terjadinya perolehan informasi yang kurang mengenai penyakitnya sehingga biasanya pasien akan cemas.
Proses penyakit yaitu pembesaran kelenjar limfoid akan menyebapkan terjadi gangguan pada saraf yaitu adanya tekanan pada saraf oleh kelenjar yang membesar/tumor sehingga akan memunculkan rasa nyeri.
Perubahan rangsangan imunologik secara tidak langsung akan mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga ketika rangsangan imunologik berubah menjadi tidak baik, maka akan terjadi gangguan pada metabolisme tubuh. Gangguan metabolisme ini akan menimbulkan perasaan mual, kurang nafsu makan, maupun iritasi lambung karena proses metabolisme yang terganggu. Semua hal tersebut mengakibatkan pemasukan nutrisi untuk tubuh menjadi terganggu yang akan mengakibatkan penurunan berat badan, sehingga memunculkan masalah gangguan nutrisi. 


E.     KLASIFIKASI LIMFOMA NON-HODGKIN.
Ada 2klasifikasi besar  penyakit ini yaitu:
1.      Limfoma non Hodgkin agresif.
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi. Karena sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin agresif  ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama ‘agresif’ kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan.Meskipun pasien yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini pertama,sering berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada kenyataannya, limfoma nonHodgkin agresif lebih mungkin mengalami kesembuhan total daripada limfoma non Hodgkin indolen.
2.      Limfoma non Hodgkin  indolen.
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah.Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat. Tentunya, mereka sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab lainnya.Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X, dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.




F.     MANIFESTASI KLINIS.
Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
a.       Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit.
b.      Demam.
c.       Keringat malam.
d.      Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.
e.       Gangguan pencernaan dan nyeri perut.
f.       Hilangnya nafsu makan.
g.      Nyeri tulang.
h.      Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.

Gejala
Penyebab
Kemungkinan timbulnya gejala
Gangguan pernafasan
Pembengkakan wajah
Pembesaran kelenjar getah bening di dada
20-30%
Hilang nafsu makan
Sembelit berat
Nyeri perut atau perut kembung
Pembesaran kelenjar getah bening di perut
30-40%
Pembengkakan tungkai
Penyumbatan pembuluh getah bening di selangkangan atau perut
10%
Penurunan berat badan
Diare
Malabsorbsi
Penyebaran limfoma ke usus halus
10%>
Pengumpulan cairan di sekitar paru-paru
(efusi pleura)
Penyumbatan pembuluh getah bening di dalam dada
20-30%
Daerah kehitaman dan menebal di kulit yang terasa gatal
Penyebaran limfoma ke kulit
10-20%
Penurunan berat badan
Demam
Keringat di malam hari
Penyebaran limfoma ke seluruh tubuh
50-60%
Anemia
(berkurangnya jumlah sel darah merah)
Perdarahan ke dalam saluran pencernaan
Penghancuran sel darah merah oleh limpa yang membesar & terlalu aktif
Penghancuran sel darah merah oleh antibodi abnormal (anemia hemolitik)
Penghancuran sumsum tulang karena penyebaran limfoma
Ketidakmampuan sumsum tulang untuk menghasilkan sejumlah sel darah merah karena obat atau terapi penyinaran
30%, pada akhirnya bisa mencapai 100%
Mudah terinfeksi oleh bakteri
Penyebaran ke sumsum tulang dan kelenjar getah bening, menyebabkan berkurangnya pembentukan antibody
20-30%

G.       TAHAPAN PENYAKIT
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
a.       Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar getah bening.
b.      Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.
c.       Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.
d.      Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak.
Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam manajemen LNH yang bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih pengobatan yang relevan serta memudahkan evaluasi hasil terapi. Klasifikasi yang populer digunakan adalah klasifikasi menurut Arnn Arborr (1971) sebagai berikut:
STADIUM
INTERPRETASI
Stadium I

Stadium II

Stadium III

Stadium IV
Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau ekstra limfatik
Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas diafragma dengan atau tanpa ekstra limfatik
Terserang kelenjar limfe diatas dan di bawah diafragma  atau disertai limfoma ekstra limfatik, limpa atau keduanya.
Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik dengan atau tanpa melibatkan kelenjar limfe.

H.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC.
1.      Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui subtype LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang dicurigai.
2.      Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar getah bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa tumor abdomen, dan metastase kebagian intraabdominal.
3.      Pencitraan toraks (PA dan lateral) untuk mengetahui pembesaran kelenjar media stinum, bila perlu CT scan toraks.
4.      Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat dilanjutkan dengan tindakan gastroskopi
5.      Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk melihat keterlibatan tulang.

I.       PENATALAKSANAAN
Terapi ditentukan berdasarkan tipe dan stadium penyakit, usia, dan status kesehatan secara umum. Pilhan terapinya yaitu.
1.      Kemoterapi terutama diberikan untuk limfoma jenis derajat keganasan sedang-tinggi dan pada stadium lanjut.
2.      Radiasi. Radiasi dosis tingi bertujuan untuk membunuh sel kanker dan mengecilkan ukuran tumor. Terapi radiasi umumnya diberikan untuk limfoma derajat rendah dengan stadium awal. Namun kadang-kadang dikombinasikan dengan kemoterapi pada limfoma dengan derajat keganasan sedang atau untuk terapi tempat tertentu, seperti di otak
3.      Transplantasi sel induk. Terutama jika akan diberikan kemoterapi dosis tinggi, yaitu pada kasus kambuh. Terapi ini umumnya digunakan untuk limfoma derajat sedang-tinggi yang kambuh setelah terapi awal pernah berhasil
4.      Observasi. Jika limfoma bersifat lambat dalam pertumbuhan, maka dokter mungkin akan memutuskan untuk observasi saja. Limfoma yang tumbuh lambat dengan gejala yang ringan mungkin tidak memerlukan terapi selama satu tahun atau lebih.
5.      Radioimunoterapi. Merupakan terapi terkini untuk limfoma non-Hodgkin. Obat yang telah mendapat pengakuan dari FDA untuk radioimunoterapi adalah ibritumomab dan tositumomab. Terapi ini menggunakan antibody monoclonal bersamaan dengan isotop radioaktif. Antibodi tersebut akan menempel pada sel kanker dan radiasi akan mengahancurkan sel kanker.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam asuhan keperawatan ini penulis akan membahas dari pengkajian, diagnosa dan rencana tindakan/ implementasi yang dapat timbul dari penyakit Hodgkin itu sendiri (Doengos, 1993: 605).
1.      Pengkajian
a.       Aktivitas/istirahat
1.      Gejala
a.       Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum
b.      Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan
c.       Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
2.      Tanda:
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda yang lain yang menunjukkan kelelahan
b.      Sirkulasi
1.      Gejala:
Palpitasi, angina/ nyeri dada
2.      Tanda:
a.       Takikardia, disritmia
b.      Sianosis wajah dan leher
c.       Iterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obstruksi duktus empedu oleh pembesaran nodus limfe
d.      Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
e.       Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan
f.       Edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obstruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdomial (non-hodgkin).
c.       Integritas ego
1.      Gejala:
a.       Faktor stress, misalnya: sekolah, pekerjaan, keluarga.
b.      Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati
c.       Ansietas/takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)
d.      Masalah finansial: biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja
e.       Status hubungan: takut dan ansietas sehubungan dengan menjadi orang yang tergantung pada keluarga.
2.      Tanda:
Berbagai perilaku, misalnya: marah, menarik diri, pasif
d.      Eleminasi
1.      Gejala:
a.       Perubahan karakteristik urine dan/atau feses
b.      Riwayat obtruksi usus, contoh intususpensi atau sindrom malabsorpsi (infiltrasi dan nodus limfa retroperitoneal)
2.      Tanda:
a.       Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
b.      Nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
c.       Penurunan keluaran urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral/gagal ginjal)
d.      Disfungsi usus dan kandung kemih
e.         Makanan/cairan
1.      Gejala:
a.       Anoreksia/kehilangan nafsu makan
b.      Disfagia (tekanan pada esofagus)
c.       Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari berat badan 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
2.      Tanda:
a.       Membran mukosa dan konjungtiva pucat
b.      Kelemahan otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan




2      Diagnose keperawatan
1.      Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan secret pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat pembesaran kelenjar limfe servikal, mediastinum.
2.      Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat produksi asam laktat jaringan local.
3.      Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic (proses keganasan) dan perubahan kimiawi tubuh sebagai efek kemoterapi.

3.        Intervensi keperawatan
Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan secret pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat pembesaran kelenjar limfe servikal, mediastinum.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam jalan napas klien kembali efektif
Criteria : secara subjektif pernyataan sesak berkurang , RR 26-24 kali/menit, tidak ada penggunaan ototaksesori, tidak terdengar bunyi napas tambahan.
Intervensi
Rasional
Kaji/awasi frekuensi pernapasan, kedalaman, irama, adanya dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan dan gangguan ekspansi dada.
Perubahan seperti takipnea, dipsnea, penggunaan otot aksesori dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan kelenjar limfe mediastinal yang membutuhkan intervensi lebih lanjut.
Bantu perubahan posisi secara periodic
Meningkatkan aerasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi.
Ajarkan teknik napas dalam (bibir, diafragma, abdomen)
Meningkatkan aerasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi.
Kaji/awasi warna kulit, perhatikan adanya tanda pucat/sianosis
Proliferasi sel darah putih dapat menurunkan kapasitas pembawa oksigen darah dan menimbulkan hipoksemia.
Kaji respon pernapasan terhadap aktivitas
Penurunan oksigenasi seluler menurunkan toleransi aktivitas, istirahat menurunkan kebutuhan oksigen serta mencegah kelelahan dan dispnea.
Observasi distensi vena leher, nyeri kepala, pusing, edema preorbital, dispnea, stridor
Klien LNH dengan sindrom vena cava superior dan obstruksi jalan napas menunjukkan kedaruratan onkologis.

Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat produksi asam laktat jaringan local.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam terdapat penurunan respon nyeri
Criteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer.
Intervensi
Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, serta lama dan penyebarannya
Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian
Lakukan manejemen nyeri keperawatan:
f)       Atur posisi fisiologis
Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami nyeri sekunder dari iskemia
g)      Istirahatkan klien
Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer, sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan
h)      Manajemen lingkungan: lingkungan tenang dan batasi pengunjung
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada diruangan
i)        Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam
Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan
j)        Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorvin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan kekorteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri
k)      Lakukan manajemen sentuhan
Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen kearea nyeri dan menurunkan sensasi nyeri
Kolaborasi pemberian terapi.
a)      Analgetik

Digunakan untuk mengurangi nyeri sehubungan dengan hematoma otot yang besar dan perdarahan sendi
Analgetika oral non oploid diberikan menghindari ketergantungan terhadap narkotika pada nyeri kronis.
b)      Kemoterapi
Pemberian disesuaikan dengan derajat penyakit
c)      Radiasi
Terapi terpilih untuk penderita dengan penyakit ekstranodal yang terbatas adalah radiasi, radioterapi local, atau radioterapi dengan lapangan yang luas, terutama pada kasus limfoma histiositik difus.
Penderita

Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan system imunitas tubuh dan terapi imunosupresif (supresi tulang belakang).
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi infeksi
Criteria: kien dan keluarga mampu mengidentifikasi factor risiko yang dapat dikurangi serta menyebutkan tanda dan gejaladini infeksi
Intervensi
Rasional
Monitor TTV
Adanya infeksi akan bermanifestasi pada perubahan TTV.
Demam atau hipotermia mungkin mengindikasikan munculnya infeksi pada klien granulositopenik.
Kaji dan catat factor yang meningkatkan risiko infeksi
Menjadi data dasar dan meminimalkan risiko infeksi
Lakukan tindakan untuk mencegah pemajanan pada sumber yang diketahui atau potensial terhadap infeksi.
a)      Pertahankan isolasi protektif sesuai kebijakan institusional
b)      Pertahankan teknik mencuci tangan dengan cermat
c)      Beri hygiene yang baik
d)     Batasi pengunjung yang sedang demam, flu, atau infeksi
e)      Berikan hygiene parianal 2 kali sehari setiap BAB
f)       Batasi bunga segar dan sayur segar
g)      Gunakan protocol perawatan mulut
Kewaspadaan meminimalkan pemajanan klien terhadap bakteri, virus, dan pathogen jamur, baik eksogen ,aupun endogen
Laporkan bila ada perubahan tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital merupakan tanda terjadinya sepsis, terutama bila terjadi peningkatan suhu tubuh
Jelaskan alasan kewaspadaan dan pantangan
Pengertian klien dapat memperbaiki kepatuhan dan mengurangi factor risiko
Yakinkan klien dan keluarganya bahwa peningkatan kerentanan pada infeksi hanya sementara
Granulositopenia dapat menetap 6-12 minggu. Pengertian tentang sifat sementaragranulositopenia dapat membantu mencegah kecemasan klien dan keluarganya
Minimalkan prosedur invasive
Prosedur tertentu dapat menyebabkan trauma jaringan, meningkatkan kerentanan infeksi
Kolaborasi pemberian antibiotika
Menurunkan kehadiran organism endogen
Pantau laboratorium sel darah putih
Mengonfirmasikan keterlibatan sel darah putih terhadap infeksi




















BAB ΙV
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Limfomanon-Hodgkin adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin. Manifestasinya sama dengan penyakit Hodgkin, namun penyakit ini biasanya sudah menyebar keseluruh system limfatik sebelum pertama kali terdiagnosis. Apabila penyakitnya masih terlokalisasi, radiasi merupakan penanganan pilihan.Jika terdapat keterlibatan umum, digunakan kombinasi kemoterapi.Pemberian dosis rendahpada penderita HIV-positif dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi berat yang potensial mematikan.Seperti pada penyakit Hodgkin, infeksi merupakan masalah utama.Keterlibatan system saraf pusat juga sering terjadi.

2.      Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa keperawatan maupun pembacanya dalam pembuatan Asuhan Keperawatan tentang penyakit Limphoma Non Hodgkin.
Kami sebagai penyusun menyadari adanya kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembacanya bagi kami sebagai penyusun makalah ini.











DAFTAR PUSAKA

Setiawan, Lyana. 2002. Kapita Selekta Hematologi. EGC. Jakarta
Sudoyo,Aru W,dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Departemen Ilmu Penyakit dalam FKUI.
Long,Barbara C.1996.Perawatan Medikal Bedah Suatu pendekatan Proses  keperawatan.Bandung:IAPK
                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar